Sunday, April 6, 2008

Mengamati Persaingan XL - IM3


Akhir-akhir ini jika anda saksikan iklan di televisi maka akan anda temui peperangan sengit di dunia telekomunikasi Indonesia. Perang antara kartu GSM melawan IM3.
Perlu diketahui bahwa industri telekomunikasi Indonesia menganut asa pasar Oligopoli. Ciri-ciri pasar ini (kalau saya salah mohon dikoreksi) terdiri dari beberapa perusahaan, dengan produk yang similar atau diferensiasi rendah, dan pasar ini ada yang berperan sebagai market leader maupun follower. Dan pasar ini memiliki entry barrier yang tinggi. Market leader industri ini adalah PT.Telkomsel kemudian diikuti (kemungkinan berubah-ubah posisi), PT. Indosat (IM3), PT. Excelcomindo (XL), PT. Bakrie dan seterusnya.

Yang perlu kita cermati bersama adalah persaingan produk PT.Indosat yaitu IM3 dengan produk milk PT. Excelcomindo. Persaingan dimulai dengan manuver dari Xl untuk menghadirkan telpon murah 0,5 rupiah per detik ke semua operator. Gebrakan ini dibilang cukup menggegerkan pasar GSM Indonesia. Karena tarif normal telepon tidak dihitung per detik namun per menit dan jatuhnya sekitar 1000 rupiah lebih. Rupanya PT. Excelcomindo ingin menggoyang status quo dari industri telekomunikasi. PT.Telkomsel memang terlihat tidak banyak bermanuver akhir-akhir ini.
Langkah dari XL ini (terakhir tarif yang berlaku 0,1 per detik) nampaknya direspon dengan manuver "banting harga" dari IM3 dengan tarif 0,01 rupiah per detik. IM3 dan XL memang sama-sama memperebutkan posisi di belakang sang Harimau yang sedang tidur.
Dalam pandangan saya, IM3 jelas gerah dengan startegi yang dipasang oleh XL. Masalahnya adalah segmen pasar yang digarap oleh IM3 dan XL adalah pasar yang mudah bergejolak, mudah berpindah dari satu operator ke operator lain. Segmen anak muda memang sensitif dengan harga. Sangat jarang ditemui perilaku serupa dari pasar Telkomsel yang notabene segmennya pada kelas menengah atas, tidak sensitif harga namun menuntut pelayanan prima, fasilitas handal, meski harga pulsa lumayan mahal. Sering kita jumpai konsumen memiliki beberapa SIM CARD seperti XL dgn 3(three), IM3 dengan 3, XL dengan IM3. Tapi jarang ada yang memiliki dua SIM CARD dengan kombinasi Telkomsel dgn XL/three/IM3.
XL nampaknya benar-benar serius dalam pemasarannya kali ini, tarif per detiknya menjadi 600 rupiah (dengan durasi tidak terbatas alias tarif flat). Sedangkan IM3(dengan iklan yang terlihat responsif, grusa-grusu, dan kebakaran jenggot) menyerang balik dengan tarif 0,0000000001 per detik.
Pertarungan saling serang seperti ini seperti kali ini kerap terjadi di industri telekomunikasi tanah air. Namun dalam kasus tertentu untuk menggairahkan pasar telekomunikasi perlu adanya saling serang seperti ini. Kalau kita cermati lebih lanjut sebenarnya konsumen bisa mengkalkulasi antara dua tarif tersebut mana yang lebih murah.
Dua brand ini benar-benar adu kepala dalam urusan tarif. Dalam iklan tersebut nampaknya XL(yang memulai serangan) ingin mengrangsek naek. Namun sayangnya reaksi dari IM3 nampak terlalu terburu-buru dan terkesan ngawur. Cara-cara yang langsung tembak macam IM3 ini berbahaya, bukannya mendepak pesaing namun malah mengingatkan dan memperkuat posisi pesaing. Konsumen mungkin malah ragu dengan kualitas IM3 karena dalam tempo sesingkat-singkatnya produk bisa di turunkan harganya demikian drastis.
Namun langkah-langkah pemasaran seperti ini patut dilestarikan dan mungkin ditingkatkan dengan harapan konsumen lah yang diuntungkan.

No comments: